Problematika

Dalam era digital sekarang ini, tentu prokrastinasi akademik dapat dipastikan lebih potensial terjadi di kalangan mahasiswa. Di mana gawai dan media sosial menjadi persoalan utama yang mempengaruhi suburnya tindakan prokrastinasi. Jika prokrastinasi akademik pada dasarnya terjadi karena ketidakmampuan kognitif terhadap percepatan penyelesaian tugas, maka penggunaan gawai dan media sosial adalah jalan paling gampang untuk mengelabui kegelisahannya. Kepercayaan diri dan serangkaian siasat yang sebenarnya penuh penuh ilusi itu menjadi dalih untuk melarikan diri dari penyelesaian tugas ke dalam gelanggang digital.

Mungkin, seorang mahasiswa merasa baik-baik saja ketika melakukan hal itu. Mereka anggap bermain gawai atau media sosial tidak begitu masalah kalau tugas akademiknya selesai tepat waktu. Namun, disadari atau tidak, kebiasaan prokrastinasi semacam itu perlahan akan berpengaruh setelah mereka lulus dan terjun ke dunia kerja.
Di dunia kampus, mungkin relatif bukan suatu masalah yang besar kebiasaan menunda-nunda. Tapi lain hal jika di dunia kerja, tindakan menunda-nunda dapat dipastikan akan mengancam status pekerjaan dan pendapatan, terlebih lagi jika menjadi pegawai korporat. Segala bentuk tugas, tuntutan, tekanan deadline, belum lagi teguran dari atasan jauh lebih menguras fisik dan mental daripada dalam dunia kampus. Bukan maksud menakut-nakuti, melainkan memberikan fakta bahwa kehidupan setelah menjadi mahasiswa, itu tidak peduli dengan mood atau permasalahan pribadi. Ia akan terus berjalan berdasarkan kepentingan zaman.

Jika mindset yang tertanam sedari mahasiswa adalah porkrastinatif, maka perlu direfleksikan lagi: apakah dengan pola pikir yang prokrastinatif dapat menjadi bekal untuk kehidupan setelah menjadi mahasiswa? Atau, dengan pola pikir prokrastinatif, hal apa yang hendak dilakukan setelah menjadi mahasiswa? Meski di era digital sekarang, apakah pola pikir prokrastinatif tetap berlaku secara baik bagi keberlanjutan hidup sebagai manusia dewasa?

Kembali pada asumsi diawal tadi, selain menjadi agen of change, mahasiswa juga sebagai posisi alternatif menuju manusia yang berkualitas. Jika menunda-nunda adalah salah satu cirinya, maka bagaimanakah hidup di tengah era digital yang serba cepat? Ini bukan persoalan menjalani hidup secara terburu-buru, melainkan persoalan bagaimana mempersiapkan diri sebagai mahasiswa sebelum akhirnya menjadi manusia dewasa nanti.

  • Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca, isi dari tulisan di luar tanggung jawab redaksi!

Jika anda mempunyai tulisan berupa  Opini, Esai, Puisi, dan Cerpen silahkan kirim tulisan anda Kirimkan tulisan: https://intimes.co.id/kirim-tulisan/ atau melalui Email : redaksi@intimes.co.id. Setiap tulisan tentu akan melalui proses kurasi yang ketat, dan redaksi berhak menyunting dan melakukan penyesuaian lain seperlunya tanpa mengubah esensi isi dan pesan yang hendak disampaikan

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news intimes.co.id
Redaksi
Editor
Achmad Fauzan Syaikhoni
Reporter