Opini: Memutus Mata Rantai Pelecehan Seksual di Lingkungan Kerja

- Reporter

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

INTIMES.co.id  – Pelecehan seksual di lingkungan kerja bukan hanya persoalan moral, tetapi juga tantangan serius bagi institusi yang ingin menciptakan ruang kerja aman dan produktif. Kementerian Keuangan, melalui langkah progresifnya, telah menunjukkan komitmen nyata untuk menangani masalah ini. Namun, efektivitas kebijakan ini memerlukan dukungan menyeluruh dari seluruh elemen, baik di dalam maupun di luar institusi.

Langkah preventif yang dirinci dalam Surat Edaran, seperti pelaporan melalui **wise.kemenkeu.go.id**, adalah langkah penting. Namun, kebijakan ini harus didukung oleh upaya peningkatan kesadaran pegawai dan jaminan perlindungan yang nyata bagi pelapor dan korban. Tanpa itu, kebijakan hanya akan menjadi dokumen formalitas tanpa implementasi yang bermakna.

 Speak Up: Tanda Ketidakpercayaan atau Kebangkitan?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Fenomena **Speak Up** di media sosial, di mana korban pelecehan memilih berbicara di dunia maya daripada melalui jalur resmi, adalah refleksi dari krisis kepercayaan terhadap sistem yang ada. Meski fenomena ini meningkatkan kesadaran masyarakat, di sisi lain, hal ini mengungkap kegagalan institusi untuk menyediakan rasa aman bagi korban.

Korban kekerasan seksual membutuhkan dukungan, bukan penghakiman. Sayangnya, sebagian masyarakat masih terjebak dalam stigma yang menyalahkan korban. Narasi seperti “korban tidak menjaga diri” adalah bentuk penghakiman yang harus dihentikan. Pelecehan seksual adalah kejahatan yang tidak pandang bulu—dapat menimpa siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

 Institusi Harus Transparan

Institusi, termasuk Kementerian Keuangan, memegang peran besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung korban. Menutupi kasus pelecehan seksual dengan alasan mempertahankan nama baik institusi hanya akan menjadi “bumerang”. Masyarakat bisa kehilangan kepercayaan pada institusi, bahkan mempertanyakan manfaat pajak yang mereka bayarkan.

Follow WhatsApp Channel intimes.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Gempa Myanmar dan Runtuhnya Bangunan di Bangkok: Ketika Desain Modern Bertemu dengan Risiko Gempa
Deep Learning, Inovasi Teknologi dan Masa Depan Pendidikan
Opini : Perdagangan Manusia: Kejahatan Kemanusiaan yang Terabaikan
Opini: Menghapus Stereotip, Menghargai Pendidikan Perempuan
Opini: Menangani Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dengan Serius
Pendidikan Inklusif di Indonesia, Psikolog: Masih Banyak Sekolah Belum Siap
Dinasti Merusak Tatanan Perpolitikan dan Demokrasi di Abdya
Melirik Peluang Safaruddin Mendampingi Muallem

Berita Terkait

Minggu, 30 Maret 2025 - 18:55 WIB

Gempa Myanmar dan Runtuhnya Bangunan di Bangkok: Ketika Desain Modern Bertemu dengan Risiko Gempa

Minggu, 23 Maret 2025 - 23:23 WIB

Deep Learning, Inovasi Teknologi dan Masa Depan Pendidikan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:27 WIB

Opini : Perdagangan Manusia: Kejahatan Kemanusiaan yang Terabaikan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:20 WIB

Opini: Menghapus Stereotip, Menghargai Pendidikan Perempuan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:11 WIB

Opini: Menangani Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dengan Serius

Berita Terbaru

Daerah

FOZ Sumut Bahas Sinergi Layanan Ambulance dengan Dinkes

Selasa, 6 Mei 2025 - 22:22 WIB