Usahakan Masa Depan Sawit, Eksistensi Pondok Pesantren dan Desa Berbasis Agrowisata

- Reporter

Minggu, 17 Maret 2024 - 17:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

INTIMES.co.id  –  Laju perubahan yang sangat cepat memaksa kita untuk semakin sadar akan realitas dunia yang dibanjiri oleh ketidakpastian dan kompleksitas akan pembangunan sulit dijangkau.

Misalnya digitalisasi industri televisi, yang sebelumnya telah dinyamankan dengan konten hiburan, kini mulai tertinggal oleh popularitas platform digital seperti YouTube, Netflix, dan sebagainya.

Contoh lainnya adalah industri ritel, dengan toko fisik yang semakin tergusur bisnis online. Belum lagi fenomena aktivitas di media sosial yang tanpa disadari terus menuntut penggunanya untuk selalu tampil sempurna dalam sebuah citra diri yang purna.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Situasi dan kondisi ini semacam dapat menciptakan tekanan psikologis yang akut dan terstruktur yang membuat kita menjadi pribadi yang mudah cemas, insecure atas diri kita sendiri, hingga kita kerap merasa rendah diri yang berujung depresi.

Apalagi setiap hari kita dihadapkan dengan perang – perang non fisik seperti perang opini, perang pendapat, perang pandangan mazhab lebih parah lagi perang dukungan politik menyebabkan keruntuhan yang awalnya cita – cita politik adalah mempersatukan.

Maka kita harus sepakat bahwa politik kekinian ialah adu konsep dan gagasan, adu pemikiran ekonomi sebagai alternatif harga komoditi yang sulit dijangkau oleh rakyat.

Cara yang harus ditempuh ialah langkah politik, banyak diantara kita mengeluh bahwa siapapun presidennya tidak akan mengubah nasib kita, jika pemikiran itu kita anut dan dijadikan petunjuk maka tidak akan pernah ada perubahan karena perubahan itu diawali oleh kita sendiri.

Beda halnya dengan mengubah tatanan politik yang mana kita harus terlibat dalam sistem pemilu sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat.

Kata kuncinya ialah kemajuan yang begitu cepat mengubah cara pandang kita dalam menjalani kehidupan, terkadang kita harus loncat kodok untuk menyesuaikan diri, kemampuan adaptif itu hanya dimiliki anak muda.

Untuk itu biarkan yang muda berkompetensi demi memperbaiki kerusakan – kerusakan sosial yang telah terlanjur menggurita. Memperbaiki dengan cara yang lebih ideal dan positif dengan segala resiko yang diambil.

Untuk itu saya dan kita semua harus fokus pada pada sesuatu di bawah kendali kita dan jangan terbawa dengan peristiwa di luar kendali kita yang menyebabkan kita terlalu kekhawatiran.

Poin penting yang sudah dalam kendali kita ialah meningkat produktivitas sawit dari hilirisasi sampai stabilitas harganya harus dijaga, karena diakui masyarakat bangka ialah berkarakter agraris dan persentasenya memiliki kebun sawit.

Kemudian, pesantren merupakan sarana pendidikan formal yang banyak diminati. Saat ini telah ada produk hukum tentang pengelolaan pesantren yang harus kita tinjau dan aplikasikan keberadaannya.

Selanjutnya, ialah mendorong desa per desa harus kreatif mengelola potensi wisata baik berbasis agrowisata dan digitalisasi wisata. Tujuannya ialah peningkatan ekonomi setempat dan operasional konsep nawacita.

Teruslah begerakan sebab dalam hal mencoba bahkan gerakan belum tentu sukses namun sikap diam sudah dipastikan gagal.

Follow WhatsApp Channel intimes.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Gempa Myanmar dan Runtuhnya Bangunan di Bangkok: Ketika Desain Modern Bertemu dengan Risiko Gempa
Deep Learning, Inovasi Teknologi dan Masa Depan Pendidikan
Opini : Perdagangan Manusia: Kejahatan Kemanusiaan yang Terabaikan
Opini: Menghapus Stereotip, Menghargai Pendidikan Perempuan
Opini: Menangani Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dengan Serius
Opini: Memutus Mata Rantai Pelecehan Seksual di Lingkungan Kerja
Pendidikan Inklusif di Indonesia, Psikolog: Masih Banyak Sekolah Belum Siap
Dinasti Merusak Tatanan Perpolitikan dan Demokrasi di Abdya

Berita Terkait

Minggu, 30 Maret 2025 - 18:55 WIB

Gempa Myanmar dan Runtuhnya Bangunan di Bangkok: Ketika Desain Modern Bertemu dengan Risiko Gempa

Minggu, 23 Maret 2025 - 23:23 WIB

Deep Learning, Inovasi Teknologi dan Masa Depan Pendidikan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:27 WIB

Opini : Perdagangan Manusia: Kejahatan Kemanusiaan yang Terabaikan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:20 WIB

Opini: Menghapus Stereotip, Menghargai Pendidikan Perempuan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:11 WIB

Opini: Menangani Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dengan Serius

Berita Terbaru

Daerah

FOZ Sumut Bahas Sinergi Layanan Ambulance dengan Dinkes

Selasa, 6 Mei 2025 - 22:22 WIB

Musyawarah Besar (Mubes) Ikatan Masyarakat Aceh Barat Daya (Ikamabdya) di Banda Aceh. Foto: Ist

Daerah

Zalsufran Kembali Pimpin Ikamabdya Periode 2025-2030

Sabtu, 3 Mei 2025 - 13:16 WIB

Exit mobile version