Soe Hok Gie dan Refleksi Idealisme Mahasiswa

- Reporter

Senin, 20 Mei 2024 - 12:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bagi Gie, lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan. Dalam entri catatan hariannya, ia mengutip seorang filsuf Yunani yang mengatakan bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan tersial adalah umur tua. Bagi Gie, orang yang mati muda tidak kehilangan idealismenya.

Dewasa ini, pergerakan mahasiswa kembali menuju jalur yang menanjak. Kesadaran akan statusnya sebagai agen of social control mendapat tantangan berat. Pilihan antara meneruskan perjuangan atau kuliah menjadi tanya besar yang menyesakkan dada. Seorang intelektual atau menurutnya intelegensia harus memiliki kemampuan berpikir yang baik dari menciptakan suatu terobosan baru. Itu memang tugas utamanya, tetapi kondisi politik negara dan kehidupan sosial yang biasanya memberikan ketidakadilan juga menuntut seseorang untuk bergerak sesuai fungsi sosialnya, alat kontrol sosial. Guna menjalankan fungsi sosialnya dengan baik, maka seorang mahasiswa wajib memiliki kepekaan, kepeduliaan, dan keberpihakan sosial kepada mereka yang tertindas oleh kekuasaan negara.

Soe selalu tampil ke depan untuk melawan dan menyuarakan ketidakadilan. Namun ia tak pernah menganjurkan anarkis saat mereka melakukan aktivias poitik ala mahasiswa. Saat ini anarkisme cenderung menjadi simbol dari pergerakan mahasiswa. Jarang kita dengar aksi mahasiswa berakhir dengan damai. Bahkan hampir setiap hari dari Sabang sampai Merauke media selalu memberitakan bagaimana posisi mahasiswa terlibat bentrok dengan pihak aparat. Itu semua sejatinya menjadi panggilan hidup bagi seorang mahasiswa atas nasib bangsa ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Follow WhatsApp Channel intimes.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Gempa Myanmar dan Runtuhnya Bangunan di Bangkok: Ketika Desain Modern Bertemu dengan Risiko Gempa
Deep Learning, Inovasi Teknologi dan Masa Depan Pendidikan
Opini : Perdagangan Manusia: Kejahatan Kemanusiaan yang Terabaikan
Opini: Menghapus Stereotip, Menghargai Pendidikan Perempuan
Opini: Menangani Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dengan Serius
Opini: Memutus Mata Rantai Pelecehan Seksual di Lingkungan Kerja
Pendidikan Inklusif di Indonesia, Psikolog: Masih Banyak Sekolah Belum Siap
Dinasti Merusak Tatanan Perpolitikan dan Demokrasi di Abdya

Berita Terkait

Minggu, 30 Maret 2025 - 18:55 WIB

Gempa Myanmar dan Runtuhnya Bangunan di Bangkok: Ketika Desain Modern Bertemu dengan Risiko Gempa

Minggu, 23 Maret 2025 - 23:23 WIB

Deep Learning, Inovasi Teknologi dan Masa Depan Pendidikan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:27 WIB

Opini : Perdagangan Manusia: Kejahatan Kemanusiaan yang Terabaikan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:20 WIB

Opini: Menghapus Stereotip, Menghargai Pendidikan Perempuan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:11 WIB

Opini: Menangani Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dengan Serius

Berita Terbaru

Daerah

FOZ Sumut Bahas Sinergi Layanan Ambulance dengan Dinkes

Selasa, 6 Mei 2025 - 22:22 WIB

Exit mobile version