Bagi Gie, lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan. Dalam entri catatan hariannya, ia mengutip seorang filsuf Yunani yang mengatakan bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan tersial adalah umur tua. Bagi Gie, orang yang mati muda tidak kehilangan idealismenya.

Dewasa ini, pergerakan mahasiswa kembali menuju jalur yang menanjak. Kesadaran akan statusnya sebagai agen of social control mendapat tantangan berat. Pilihan antara meneruskan perjuangan atau kuliah menjadi tanya besar yang menyesakkan dada. Seorang intelektual atau menurutnya intelegensia harus memiliki kemampuan berpikir yang baik dari menciptakan suatu terobosan baru. Itu memang tugas utamanya, tetapi kondisi politik negara dan kehidupan sosial yang biasanya memberikan ketidakadilan juga menuntut seseorang untuk bergerak sesuai fungsi sosialnya, alat kontrol sosial. Guna menjalankan fungsi sosialnya dengan baik, maka seorang mahasiswa wajib memiliki kepekaan, kepeduliaan, dan keberpihakan sosial kepada mereka yang tertindas oleh kekuasaan negara.

Soe selalu tampil ke depan untuk melawan dan menyuarakan ketidakadilan. Namun ia tak pernah menganjurkan anarkis saat mereka melakukan aktivias poitik ala mahasiswa. Saat ini anarkisme cenderung menjadi simbol dari pergerakan mahasiswa. Jarang kita dengar aksi mahasiswa berakhir dengan damai. Bahkan hampir setiap hari dari Sabang sampai Merauke media selalu memberitakan bagaimana posisi mahasiswa terlibat bentrok dengan pihak aparat. Itu semua sejatinya menjadi panggilan hidup bagi seorang mahasiswa atas nasib bangsa ini.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news intimes.co.id
Lalik Kongkar
Reporter