Pendidikan Inklusif di Indonesia, Psikolog: Masih Banyak Sekolah Belum Siap

- Reporter

Jumat, 19 Juli 2024 - 01:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

1. Terbatasnya GPK Pada Pendidikan ABK Jadi Masalah Utama

Dalam hal ini Kiki menilai salah satu permasalahan yang dihadapi adalah karena terbatasnya guru pembimbing khusus (GPK). Seharusnya ABK didampingi oleh guru pendamping khusus. GPK ini yang akan membantu anak-anak untuk menjalankan sistem pendidikan di sekolah.

“Ini bertujuan untuk anak-anak dengan kelainan baik fisik, emosional, mental, intelektual, maupun sosial. Namun, untuk saat ini keberadaan GPK itu sangat terbatas dalam pendidikan inklusif, peserta didik ABK digabung dengan anak-anak lainnya di sekolah reguler,” jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dikatakannya, anak-anak dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa itu bisa mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak-anak pada umumnya, dan dalam menjalani pendidikan di sekolah reguler tersebut, peserta didik ABK ini harus didampingi oleh GPK yang memang ditugaskan secara khusus untuk mendampingi mereka.

“GPK itu tugasnya memberikan membimbing ABK sesuai dengan program. ABK ini kan memiliki karakteristik sendiri, seperti kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Tapi, pada kenyataannya tidak semua peserta didik ABK di sekolah inklusi memiliki GPK. Sehingga mereka hanya mengikuti aktivitas yang sama seperti anak reguler, tanpa mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki berdasarkan karakteristik kekhususannya,” lanjut wanita yang juga menjabat sebagai Koordinator Program Inklusi di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) Medan itu.

2. Perlunya Kesiapan GPK dan Dukungan Masyarakat

Berdasarkan data Kemendikbudristek pada Desember 2023, dari sebanyak 40.164 satuan pendidikan di Indonesia yang memiliki peserta didik ABK, hanya 5.956 sekolah, atau sekitar 14,83 persen saja yang memiliki GPK.

Kiki kemudian menambahkan bahwa di Sumatera Utara saat ini sudah ada 1.767 sekolah SPPPI dengan peserta didik ABK, di mana sebanyak 237 sekolah di antaranya mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), hingga sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) yang ada di Medan.

“Selain itu, kurikulum juga perlu dipahami oleh GPK. karena perlu dilakukan penyesuaian pada kurikulum dalam melaksanakan pendidikan inklusif. Bukan hanya kuantitas, peningkatan kualitas GPK juga menjadi permasalahan lain yang perlu mendapatkan perhatian,” tukasnya.

Sementara itu Kiki yang juga merupakan alumni Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara itu menyebut, ini dilakukan karena sebagian besar peserta didik ABK tidak akan bisa mengikuti kurikulum reguler dan menjadi keterbatasan. Sehingga dalam  merancang program pembelajaran khusus yang disebut dengan Individualized Education Program (IEP) atau Program Pendidikan Individual (PPI) GPK harus mampu.

Follow WhatsApp Channel intimes.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Gempa Myanmar dan Runtuhnya Bangunan di Bangkok: Ketika Desain Modern Bertemu dengan Risiko Gempa
Deep Learning, Inovasi Teknologi dan Masa Depan Pendidikan
Opini : Perdagangan Manusia: Kejahatan Kemanusiaan yang Terabaikan
Opini: Menghapus Stereotip, Menghargai Pendidikan Perempuan
Opini: Menangani Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dengan Serius
Opini: Memutus Mata Rantai Pelecehan Seksual di Lingkungan Kerja
Dinasti Merusak Tatanan Perpolitikan dan Demokrasi di Abdya
Melirik Peluang Safaruddin Mendampingi Muallem

Berita Terkait

Minggu, 30 Maret 2025 - 18:55 WIB

Gempa Myanmar dan Runtuhnya Bangunan di Bangkok: Ketika Desain Modern Bertemu dengan Risiko Gempa

Minggu, 23 Maret 2025 - 23:23 WIB

Deep Learning, Inovasi Teknologi dan Masa Depan Pendidikan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:27 WIB

Opini : Perdagangan Manusia: Kejahatan Kemanusiaan yang Terabaikan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:20 WIB

Opini: Menghapus Stereotip, Menghargai Pendidikan Perempuan

Sabtu, 14 Desember 2024 - 03:11 WIB

Opini: Menangani Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi dengan Serius

Berita Terbaru

Daerah

FOZ Sumut Bahas Sinergi Layanan Ambulance dengan Dinkes

Selasa, 6 Mei 2025 - 22:22 WIB

Musyawarah Besar (Mubes) Ikatan Masyarakat Aceh Barat Daya (Ikamabdya) di Banda Aceh. Foto: Ist

Daerah

Zalsufran Kembali Pimpin Ikamabdya Periode 2025-2030

Sabtu, 3 Mei 2025 - 13:16 WIB

Exit mobile version