Masyarakat miskin pinggiran kota manapun selalu menunjukkan ciri yang sama. Ciri-ciri ini didapat dari hasil pengamatan Lewis dalam daerah pinggiran ibukota Meksiko. Berikut ciri masyarakat miskin pinggiran kota menurutnya:
Kurangnya efektivitas dan integrasi masyarakat dalam lembaga-lembaga utama. Mereka berpenghasilan rendah namun mengakui nilai-nilai masyarakat kelas menengah melekat pada dirinya. Mereka sangat sensitif terhadap perbedaan status, namun tidak memiliki kesadaran kelas.
Di tingkat komunitas, dapat ditemui rumah-rumah bobrok yang tak layak huni, penuh sesak, bergerombol dan rendahnya tingkat organisasi dalam keluarga inti.
Di tingkat keluarga, anak-anak mengalami masa kanak-kanak yang singkat, kurang pengasuhan orang tua, cepat dewasa, tingginya jumlah perpisahan antara ibu dan anak, cenderung matrilineal dan otoritarianis, kurangnya hak-hak pribadi, serta terusungnya solidaritas semu.
Di tingkat individu, ada perasaan tak berguna yang kuat, tak berdaya, ketergantungan yang kuat, serta perasaan rendah diri dan keputusasaan yang tinggi (fatalisme).
Seseorang bisa menjadi miskin bukan hanya karena lahir dan tumbuh besar dalam kehidupan yang serba tak mampu saja. Kemiskinan sebagai budaya merupakan suatu bentuk reaksi dari kapitalisme serta struktur masyarakat kelas yang berlaku dalam masyarakat. Berikut adalah uraian dari teori-teori budaya kemiskinan:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
1. Kemiskinan sebagai bentuk penolakan terhadap kapitalisme yang selama ini dianggap mengeksploitasi kehidupan kaum marginal.
2. Kemiskinan sebagai proses adaptasi dari sistem ekonomi tradisional kedalam sistem ekonomi kapitalisme.
3. Kemiskinan sebagai sub-budaya sendiri; kemiskinan yang terjadi karena kemalasan, kurangnya tekad berjuang, mental ketergantungan, rendah diri, fatalisme dsb.
Masyarakat miskin memiliki ciri serta karakteristik tersendiri dibanding dengan masyarakat kebanyakan. Kemiskinan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor luar saja, seperti eksploitasi kapitalisme dan ketidakmampuan serta ketiadaan tekad pemertintah dalam mengentaskan kemiskinan dalam masyarakat. Lebih dari itu, masyarakat miskin mempunyai pola hidup, orientasi, jalan berpikir serta cara pandangnya sendiri, yang pada akhirnya justru melegitimasi kemiskinan dalam diri mereka sendiri. Berikut adalah karakteristik masyarakat miskin:
1. Rendahnya semangat dan dorongan untuk mencapai suatu kemajuan.
Lemahnya daya juang dalam mengubah nasib.
2. Rendahnya motivasi kerja.
3. Sikap pasrah.
4. Respon yang pasif terhadap kesulitan ekonomi.
5. Ketiadaan aspirasi dalam mengubah kehidupan.
6. Cenderung mencari kepuasaan sesaat dan berorientasi pada masa sekarang.
Setelah melihat berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan bukan hanya sekedar rantai pengikat, melainkan lingkaran setan yang didalamnya tidak dapat kita tentukan darimana kemiskinan itu sendiri berawal.
Misalnya saja ketika seseorang terlahir sebagai seorang miskin, maka ia harus menerima kenyataan bahwa kebutuhan sehari-harinya tak mampu diakomodir oleh keluarganya.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya