INTIMES.co.id | BANDA ACEH – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal, membuka Rapat Koordinasi (Rakor) dan diskusi kelompok terpumpun (FGD) revitalisasi bahasa daerah Gayo. Kegiatan itu digelar di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Kamis (16/3).
Almuniza Kamal menyebutkan, PBB melalui UNESCO telah meluncurkan pemetaan bahasa yang terancam punah, dari hasil pemetaan ini Indonesia sangat kaya akan bahasa daerah.
Lihat juga: Besok Event Bahari Terbesar di Aceh, Sabang Marine Festival Bakal Digelar
Ia mengatakan, UNESCO telah mencatat terdapat 143 bahasa di Indonesia. Sementara di Indonesia memiliki 719 bahasa daerah dengan 707 yang masih aktif. Namun ratusan bahasa tersebut hanya ada 13 bahasa yang memiliki penutur lebih di atas 1 juta orang.
“Bahasa tersebut yaitu Aceh, Batak, Minangkabau, Rejang, Lampung, Sunda, Melayu, Jawa, Madura, Bali, Sasak, Makassar, dan Bugis. Namun penutur bahasa di Indonesia semakin berkurang,” kata Almuniza seperti dikutip dari laman resmi Disbudpar Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan, bahwa faktor pemekaran wilayah, bencana alam serta para penuturnya berpindah ke bahasa lain menjadi alasan punahnya bahasa daerah, kondisi dengan penutur daerah yang rendah akan mengancam punahnya bahasa daerah.
“Fakta tentang punahnya bahasa di beberapa daerah di Indonesia sangat memprihatinkan kita semua. Sebagai kekayaan bangsa berbagai upaya konservasi atau revitalisasi telah dilakukan oleh pemerintah, sehingga dapat memberikan sumbangan yang signifikan dalam upaya melindungi bahasa dalam menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia,” ujarnya.
Lihat juga: 2 Truk Tangki Diduga Bawa BBM Ilegal Ditangkap Polisi di Nagan Raya
Sementara itu, Seketaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, menyebutkan revetalisasi bahasa daerah ini adalah salah satu ikhtiar, komitmen dari pemerintah dalam rangka melindungi bahasa daerah agar tidak punah.
“Hal ini penting karena UNESCO juga sudah menghasilkan kajiannya bahwa terdapat ratusan bahasa di dunia ini akan mengalami kondisi yang punah,” ujar Hafidz.
Untuk kegiatan revitalisasi, sambung Hafidz, tidak sampai pada saat ini saja melainkan bisa berkelanjutan, sehingga harus digencarkan Kembali kepada masayakat bangga menggunakan bahasa daerah.
“Tentu menjadi tugas kita bersama khususnya kepada penutur generasi sebelumnya diharapkan mulai dari lingkungan keluarga, sekolah serta pemerintahan mari bersama-sama bersatu padu bertekat untuk melestarikan bahasa daerahnya,” kata Hafidz.
Kegiatan tersebut ditutup dengan penandatanganan rumusan hasil rapat koordinasi dan komitmen bersama tiga kabupaten yaitu, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah.[]
Tinggalkan Balasan