intimes | BANDA ACEH – Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah SP MP menyatakan perkembangan harga kelapa sawit tandan buah segar (TBS) di Aceh pada bulan Februari 2023 ini cenderung meningkat dari Rp 1.650/Kg menjadi Rp 1.800 – Rp 2.000/Kg.
“Pada tanggal 16 Februari 2023 ini, harga belinya di tingkat pedagang pengumpul di Aceh sudah mencapai Rp 1.850/Kg – Rp 2.000/Kg,” kata Cut Huzaimah
Kenaikan harga TBS sawit bulan ini, menurut Cut Huzaimah, merata di berbagai daerah sentra produksi kelapa sawit.
Di Aceh Barat pada minggu pertama Februari ini, harga beli ditingkat pedagang pengumpulnya masih berkisar Rp 1.500/Kg, memasuki minggu kedua dan ketiga bulan Februari ini, harganya sudah naik menjadi Rp 1.700/Kg.
Di Kabupaten Nagan Raya, harga belinya pada minggu ketiga bulan Februari ini sudah mencapai angka Rp 2.000/Kg, sementara pada minggu pertama masih berkisar Rp 1.900/Kg.
Kadistanbun Aceh, Cut Huzaimah mengungkapkan, kenapa harga beli TBS kelapa sawit di Aceh Barat dengan Nagan Raya, selisih cukup besar, karena di Kabupaten Nagan Raya, jumlah pabrik kelapa sawitnya cukup banyak mencapai 11 unit, sehingga persaingan harga pembelian TBS di tingkat pertaniannya semakin ketat. Sedangkan di Aceh Barat jumlah pabrik kelapa sawitnya hanya sekitar 4 – 5 unit. Kondisi itu membuat, persaingan harga beli TBS kelapa sawit di Nagan Raya, lebih mahal, dibandingkan Aceh Barat.
Di Abdya, harga beli TBS kelapa sawitnya sangat stabil berkisar 1.880 – Rp 1.900/Kg. Kota Subulussalam, juga demikian berkisar Rp 1.875 – Rp 1.900/Kg. Aceh Utara hampir sama berkisar Rp 1.800 – Rp 1.900/Kg, Aceh Tamiang juga demikian Rp 1.780 – Rp 1.850/Kg, Aceh Selatan 1.700 – Rp 1.800/Kg dan Aceh Singkil Rp 1.650 – Rp 1.885/Kg dan Aceh Selatan Rp 1.700 – Rp 1.800/Kg.
Membaiknya pasaran TBS kelapa sawit rakyat pada bulan Februari 2023 ini, menurut Kadistanbun Aceh, pengaruh dari meningkatnya volume dan nilai ekspor CPO daerah ini pada tahun 2022 lalu ke India mencapai sebesar 28,57 persen, dari 34.999 ton pada tahun 2021 menjadi 44.999 ton pada tahun 2022 lalu. Begitu juga dengan nilai ekspornya naik sebesar 14,30 persen dari Rp 517,4 miliar, di tahun 2021, menjadi Rp 591,4 miliar pada tahun 2022.
Sejak awal Januari sampai Februari 2023 ini, ungkap Cut Huzaimah, pabrik kelapa sawit yang ada di kabupaten/kota, terus melakukan pembelian TBS kelapa sawit masyarakat. Kondisi ini disebabkan, permintaan pasara CPO dari luar negeri, terutama dari Aceh ke India, masih tinggi. sehingga mempengaruhi daya beli TBS kelapa sawit di tingkat petaninya.
Areal perkebunan kelapa sawit milik rakyat di Aceh, sebut Cut Huzaimah, menurut data dari BPS Aceh, lumayan luas mencapai 247.101 hektare.
Sementara milik Perusahaan Besar Swasta (PBN) 195.153 hektar dan milik Perusahaan Besar Negara (PBN) hanya 33.325 hektar. Sehingga total perkebunan kelapa sawit di Aceh menjadi 475.579 hektare.
Tanaman kelapa sawit, memberikan andil yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi Aceh. Pada tahun 2022 lalu, dari sektor pertanian dan perkebunan memberikan andil sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0,92 persen, dari angka pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar 4,21 persen.
Jadi, kalau harga TBS Kelapa Sawit cenderung meningkat, tingkat kesejahteraan petani sawit ikut naik. Karena, melalui penjualan TBS kelapa sawit, penghasilan petani sawit di daerah ini ikut meningkat.
“Ini terbukti pasca pembukaan kembali ekspor CPO pada awal tahun 2022 lalu, harga TBS kelapa sawit petani, terus terangkat naik dari Rp 800/Kg menjadi berkisar Rp 1.650 – Rp 2.000/Kg,” ujar Cut Huzaimah.(*)
Sumber : Serambinews.com
Tinggalkan Balasan