INTIMES.co.id | JAKARTA – Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Susi Dwi Harjanti mengaku tersinggung dituding partisan imbas pernyataan sikap yang mengkritik pemerintah. Dia menjelaskan kritik dan petisi yang disampaikan para guru besar kepada pemerintahan hari ini merupakan bagian dari rasa peduli terhadap masa depan bangsa.
“Pada saat universitas dituduh ada kepentingan politik, narasi elektoral, pada dasarnya tudahan yang tidak terbukti itu harus dibuktikan,” tegas Susi dalam Primetime News MetroTV, Sabtu, 3 Februari 2024.
Susi meminjam pemikiran Carl Sagan, extraordinary claim meet extraordinary evidence. Ia menegaskan jika pihak Istana menuduh universitas atau guru besar telah melakukan narasi elektoral, itu klaim.
“Maka pihak istana harus menyertakan bukti kepada kami apakah klaim itu terbukti atau tidak,” tegasnya.
Menurut Susi, sebuah negara yang mengeklaim dirinya sebagai negara demokrasi, tidak boleh terlalu banyak purbasangka. Terlebih, purbasangka oleh penguasa itu ditujukan kepada rakyatnya sendiri. Sebab, hal itu bertentangan dengan tindakan yang diharapkan oleh demokrasi.
“Jadi demokrasi itu tidak boleh banyak purbasangka. Apalagi kalau purbasangka itu dilakukan oleh pihak penguasa kepada rakyat, terutama universitas,” jelasnya.
Selain itu, Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) Koentjoro juga mengaku tersinggung Petisi Bulaksumur dituding penuh narasi elektoral dan partisan.
“Saya sangat tersinggung!,” tegas Koentjoro.
Ia secara khusus mengingatkan Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana yang mencetuskan tudingan sikap kampus sebagai narasi politik untuk kepentingan elektoral. Ia menuntut Ari mencabut pernyataannya.
“Saya melihat ketika membaca petisi UGM, dua kali saya membaca bismillah. Saya mengatakan dengan suara kasih dari UGM, mengingatkan alumninya untuk tidak seperti itu. Ari Dwipayana itu juga alumni UGM. Memalukan menurut saya. Jangan pembenaran. Saran saya cabut pernyataan itu. Saya takut ada keos,” ketus Koentjoro.
Sebelumnya, Istana merespons gelombang pernyataan sikap dari sivitas akademik sejumlah perguruan tinggi negeri. Koordinator Khusus Staf Presiden menyebut pernyataan sikap itu hal wajar dalam demokrasi, terlebih di tahun politik. Namun, Ari menyinggung seolah ada upaya orkestrasi narasi politik untuk kepentingan elektoral di balik pernyataan sikap para sivitas akademik.
“Akhir-akhir ini, terlihat ada upaya yang sengaja meng-orkestrasi narasi politik tertentu untuk kepentingan elektoral. Strategi politik partisan seperti itu juga sah-sah saja dalam ruang kontestasi politik,” kata Ari dalam keterangannya, Jumat, 2 Februari 2024.
Sumber : Metronews.com
Tinggalkan Balasan