Menurut Burhanuddin, kantong suara Gusdurian beririsan dengan kantong NU. Wilayah yang menjadi pusat jaringan Gus Dur itu ialah Jawa Timur, disusul Jawa Tengah. Kemudian menyebar ke Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Utara. Banyaknya kantong suara Gus Dur, kata dia, disebabkan pemikiran presiden keempat itu punya pengaruh kepada minoritas.

Meski tak terjun langsung dalam politik praktis, saat pemilu Gusdurian memang bagaikan prajurit perang. Jika keluarga Gus Dur condong terhadap kandidat tertentu, mereka akan membuntutinya. Saat putri Gus Dur, Yenny Wahid menyatakan dukungannya kepada pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin di Pilpres 2019, misalnya. Gusdurian pun ramai-ramai mencondongkan preferensi mereka kepada paslon nomor urut 1 itu.

Fenomena ini diperkirakan juga terjadi lagi pada Pilpres 2024. Keluarga Gus Dur telah menyatakan dukungannya kepada pasangan usungan koalisi PDIP Ganjar-Mahfud MD. Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi Prayitno mengatakan suntikan dukungan dari keluarga Gus Dur itu sangat penting bagi Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024. Apalagi dukungan itu disampaikan Yenny Wahid yang merupakan putri Gus Dur.

“Itu tak bisa dibantah. Tinggal diuji seberapa kuat saat jaringan Gusdurian itu di lapangan,” kata dia dalam keterangannya dalam pesan tertulis, Ahad, 28 Oktober 2023.

Bagaimanapun, fenomena ini tak bisa dipungkiri adalah praktik politik identitas. Adi Prayitno, mengatakan politik identitas adalah sebuah aktivitas politik mengajak orang lain memilih calon dalam Pemilu berdasarkan sentimen agama, suku, dan ras. Yenny Wahid memang tak mengajak Gusdurian maupun kalangan NU untuk memilih paslon tertentu. Tapi Yenny tentu tahu, dukungannya bisa menentukan arah preferensi mereka.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news intimes.co.id

Sumber : tempo.co